BAB I
PENDAHULUAN
Humanisme lebih melihat
pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian
yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan
kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan
pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif.
emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.
Menurut teori humanisme, manusia bertanggung jawab terhadap pilihan dalam hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilakunya. Belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungannya dan dirinya. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun mereka mampu mancapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.
Menurut teori humanisme, manusia bertanggung jawab terhadap pilihan dalam hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilakunya. Belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungannya dan dirinya. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun mereka mampu mancapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Kemampuan
positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat
dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang
hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan,
keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan
pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan
interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian
humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia
pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu
pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam
artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah,
kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria.
Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori Belajar yang Berpijak pada Pandangan Humanisme
Pendekatan Humanisme mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan.
Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik
yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena
berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama
dengan mengabaikan salah
satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita
dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita
dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Berbeda dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu
usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan freudian yang
melihat motivasi sebagai berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik melihat
perilaku manusia sebagai campuran antara motivasi yang lebih rendah atau lebih
tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama pendekatan humanistik, yaitu
bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies lain. Akan sangat
jelas perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang dimiliki binatang.
Hirarki kebutuhan motivasi maslow menggambarkan motivasi manusia yang
berkeinginan untuk bersama manusia lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi
diri sekaligus juga menggambarkan motovasi dalam level yang lebih rendah
seperti kebutuhan fisiologis dan keamanan.
Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan
alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini
dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang
benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara
fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai
fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih
tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun pengelola
perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada
perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk
pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan
hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara
positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
B.
Bentuk Pendidikan Humanisme
1.
Pendidikan Terbuka (Open Education)
Pendidikan terbuka merupakan proses
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergerak secara bebas
di sekitar kelas dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri. Siswa dapat
bekerja secara individual maupun dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil.
Proses ini memungkinkan peserta didik mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran,
megusulkan topik-topik pembelajaran sehingga dapat mewujudkan
keterampilan-keterampilan atau minat-minat tertentu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang
fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun
1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung
yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Kriteria yang disyaratkan dengan bentuk
pendidikan terbuka antara lain sebagai berikut :
§ Peserta didik tidak dilarang untuk
bergerak secara bebas di ruang kelas, tidak dilarang bicara yang berkaitan
dengan materi pembelajaran, tidak ada pengelompokan atas dasar tingkat
kecerdasan.
§ Tersedia fasilitas yang memudahkan
proses belajar, artinya ada ketersediaan berbagai macam bahan yang diperlukan
untuk belajar harus ada.
§ Adanya suasana penuh kasih saying,
hangat, hormat, dan terbuka.
§ Jika ada masalah pribadi dengan peserta
didik, guru menangani masalah-masalah perilaku tersebut dengan berkomunikasi
secara pribadi dengan murid yang bersangkutan.
§ Guru menghargai kreativitas, mendorong
berprestasi, dan memberikan kebebasan dan hasil-hasil yang bersifat efektif
secara lebih baik.
§ Guru mempersepsi dengan cara mengamati
setiap proses yang dilalui murid dan membuat catatan dan penilaian secara
individual, hanya sedikit sekali diadakan tes formal.
2. Pembelajaran
Mandiri (Independent Learning)
Pembelajaran mandiri adalah proses
pembelajaran yang menuntut siswa menjadi subjek yang dapat merancang, mengatur
dan mengontrol kegiatan mereka sendiri secara bertanggung jawab. Proses ini
bergantung pada siapa yang belajar (siswa), mencakup siapa yang memutuskan
tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang harus mempelajari sesuatu hal,
metode dan sumber apa saja yang akan digunakan, dan bagaimana cara mengukur
keberhasilan upaya belajar yang telah dilaksanakan (Lowry, dalam Rachmahana,
2008).
Dalam pelaksanaannya, proses ini cocok
untuk pembelajaran di tingkat atau level perguruan tinggi yang lebih menuntut
kemandirian yang tinggi dari peserta didik. Perancangan pembelajaran diusulkan
peserta didik ini merupakan alat yang fleksibel membantu dalam penentuan tujuan
belajar secara individual. Partisipasi para peserta dalam penentuan tujuan
belajar akan membuat mereka lebih berkomitmen terhadap proses pembelajaran.
C. Tokoh-tokoh
Teori Humanisme
1. Carl Ransum Rogers
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada
tanggal 8 Januari 1902. Teori humanistik Rogers menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat
pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered),
teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori
yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to person).
Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori
Rogers.
Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak
pesimisme suram dan putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori
behaviorisme yang memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih
penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai
potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian
humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup
yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada
kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud
tertentu.
Dinamika
Kperibadian menurut Rogers :
Penerimaan
Positif (Positive Regard) → Orang merasa puas menerima
regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif
kepada orang lain. Orang merasa puas jika diterima secara positif dari orang
lain sehingga ia merasa nyaman dan diakui eksistensinya dan dihargai. Jika
sudah dapat merasakan kepuasan atas penerimaan dari orang lain, kemudian dia
juga merasakan kepuasan jika dapat menerima orang lain secara positif juga.
Kondisi ini akan menimbulkan kondisi timbal balik yang saling menguntungkan.
Konsistensi dan
Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence) → organisme berfungsi untuk
memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri,
dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.
Aktualisasi Diri (Self
Actualization) → Freud memandang organisme sebagai
sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan,
ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme terus menerus
bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan enerji tetapi
mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk
aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan
peningkatan diri (enhancement). Contoh, peserta didik memiliki potensi
menari, kemudian peserta didik tersebut
berusaha keras untuk menjadi penari yang sukses. Usaha menjadi penari yang
sukses itu bukan sekedar memanfaatkan kelebihan energi, tetap keinginan untuk
mewujudkan potensi menarinya dalam realitas kehidupan.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya
guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar
untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada
artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi
dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
Perkembangan Kepribadian
Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua
orangyang mendorong orang untuk semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan
secara keselutuhan semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi
yang berfungsi utuh (Fully Functioning Person)
Ada
lima ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya:
1. Terbuka untuk mengalami (openess to
experience)
Orang yang terbuka
untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan mendalam, baik
emosional maupun kognitif tanpa merasa terancam. Mendengar orang membual
menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti perbuatan untuk melampiaskan rasa
muak tersebut.
2. Hidup menjadi (Existential living).
Kecenderungan untuk
hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap eksistensi. Disini orang
menjadi fleksibel, adaptable, toleran, dan spontan.
3.
Keyakinan
Organismik (Organismic trusting)
Orang mengambil
keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri, mengerjakan apa yang
dirasanya benar sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk mengarahkan
tingkah laku. Orang mampu memakai perasaan yang terdalam sebagai sumber utama
membuat keputusan.
4.
Pengalaman
kebebasan ( Experiental Freedom).
Pengalaman
hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan tertekan atau
terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa mampu mengerjakan
apa yang ingin dikerjakannya.
5.
Kreatifitas (Creativity)
Merupakan
kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life kemungkinan besar
memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
2. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi
bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai
berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang,
takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki
dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk
lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi
kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah
dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis
(udara, makanan, air, tidur), barulah ia
dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman / safety needs (lapangan kerja, kesehatan), kebutuhan untuk dimiliki
dan dicintai / belongingness needs
(keluarga, persahabatan, cinta), kebutuhan akan harga diri / esteem needs (harga diri, kepercayaan
diri) dan kebutuhan aktualisasi diri /
self actualization needs (moralitas, kreativitas).
3. Arthur Combs
Perilaku merupakan hasil dari persepsi
seseorang. Combs berpendapat bahwa persepsi merupakan unsur batinah yang
menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Kaitannya dengan pembelajaran,
guru berusaha untuk memahami sudut pandang peserta didik terhadap suatu hal.
Perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan
seseorang untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan karena adanya faktor
lain.
Combs memberikan lukisan persepsi diri
dan dunia seseorang
seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada
satu yaitu lingkaran kecil dan lingkaran besar.
seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada
satu yaitu lingkaran kecil dan lingkaran besar.
D.
Prinsip-prinsip Dasar Humanistic
Dari bukunya Freedom To Learn, Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik
yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran
dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin
kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman
dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan
melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam
proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa
seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
hasil yang mendalam dan lestari.
i.
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap
pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan
itu.
Berdasarkan
prinsip-prinsip belajar yan dikemukakan oleh Rogers, secara singkat inti
prinsip belajar hmanisme yaitu :
a. Hasrat untuk belajar
b. Belajar tanpa hukuman
c. Belajar atas inisiatif sendiri
d. Belajar dan perubahan
E.
Aplikasi Teori Humanisme Terhadap Pembelajaran
Aplikasi teori humanistik lebih
menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah
menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.
Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya
3 sikap dalam fasilitator belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator
belajar, (2) penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan, dan (3) pengertian yang
empati.
§ Realitas di
dalam fasilitator belajar
Merupakan
sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak
menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan dengan
pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
§ Penghargaan,
penerimaan, dan kepercayaan
Menghargai
pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu
dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul kepercayaan
akan satu dengan lainnya.
§ Pengertian yang
empati
Untuk
mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus
memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus
memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak
menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari
sudut murid dan bukan guru.
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai
seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential
Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas
belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal,
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada
siswa.
a. Peserta didik
Menurut teori ini agar belajar bermakna
bagi siswa, perlu keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Peserta didik sebagai
pusat (central) dalam aktivitas
belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalm memaknai pengalaman belajarnya
sendiri. Peseerta didik diharapkan mampu menemukan potensinya dan mengembangkan
potensi tersebut secara maksimal.
Peserta didik mengarahkan sekaligus
memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif
dalam proses belajar. Ia berusaha manila kegunaan belajar itu bagi dirinya
sendiri. Mengarahkan perilaku dalam belajar (self
regulated learning), apa yang akan dipelajari dan dan sampai tingkatan
mana, kapan dan bagaimana mereka akan belajar.
b. Guru
Dalam hal ini peran guru adalah sebagai
fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih
tinggi bukan sebagai pengelola perilaku seperti pada behavorisme. Guru oleh
karenanya dsarankan untuk menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu,
dan menguntungkan, kejujuran, dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran.
Ciri-ciri
guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor,
adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah
dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan. Sedangkan
guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah
,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan komentsr ysng
menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang
ada.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator :
1.
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.
Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3.
Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna.
4.
Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
5.
Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.
Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima
baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
7.
Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur
dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu,
seperti siswa yang lain.
8.
Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
9.
Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan
harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya
sendiri.
11. Bersikap hangat dan berusaha memahami
perasaan peserta didik (berempati) dan dan meluruskan dianggap kurang relevan
dengan cara yang santun.
12. Sebagai seorang manusia yang tidak
selalu sempurna, guru mengenali, mengakui dan menerima
keterbatasan-keterbatasan diri dengan cara mau dan senang hati menerima
pandangan yang lebih baik dari peserta didik.
13. Menempatkan dirinya sebagai sumber yang
fleksibel untuk dapat dimanfaatkan
peserta didik baik individu maupun kelompok.
c. Aktivitas
Selama Proses Pembelajaran
Berbagai pengertian mengenai
pembelajaran merupakan suatu pertanda bahwa kegiatan pembelajaran itu memang
suatu yang sangat kompleks. Pembelajaran itu sendiri sebenarnya mempunyai
tujuan untuk membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan
pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas.
Beberapa karakteristik pembelajaran yang
dapat diungkapakan dengan melihat pengertian pembelajaran dari berbagai perspektif
teori pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan
direncanakan secara sistematis
2. Pembelajaran merupakan pemberian bantuan
yang memungkinkan siswa dapat atau terfasilitasi untuk belajar
3. Pembelajaran lebih menekankan pada
pengaktifan siswa baik secara hands on (aktivitas
fisik) maupun minds on (aktivitas
mental).
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.
Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.
Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas , jujur dan positif.
3.
Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
4.
Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri
5.
Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.
6.
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab
atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.
Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8.
Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
BAB III
PENUTUP
Aliran Humanisme muncul
sebagai bentuk ketidaksetujuan pada dua aliran sebelumnya, yaitu aliran
behaviorisme yang menganggap manusia hanya sebagai individu pasif yang
tergantung pada stimulus yang diberikan dan aliran psikoanalisa yang menunjukan
pesimisme.Sedangkan Aliran Humanisme menganggap bahwa manusia adalah makhluk
yang unik. Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme
biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Dalam Teori Belajar
Humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia, yakni untuk mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar
secara optimal. Salah satu ide penting dalam teori belajar humanistik adalah
siswa harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakuya dalam
belajar ( self regulatif learning), apa yang akan dipelajari dan sampai
tingkatan mana, kapan dan bagaimana mereka akan belajar.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk
diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Alwilsol (2004), Psikologi Kepribadian, UMM
Press
Freist, J & Freist, Gregory (1998), Theories
of Personality, Amerika : Mc Graw Hill.
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik
(Organismik-Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta :Kanisius.
Karwono
& Mularsih, Heni. 2010.Belajar dan
Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Ciputat: Cerdas Jaya
Robert, Thomas
B., Four Psychologies Applied to Education, 1975, New York, Hals Ted
Press Dvision
Smith, Mark K. , (1997), Carl
Rogers, Core Conditions and Education, www.
Infred.org/thinkers/et-rogers.htm#intro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar